Siklus sulfur didahului oleh pembentukan sulfur
dari kerak bumi dan atmosfer. Secara alami, sulfur terkandung di dalam
tanah dalam bentuk mineral tanah. Dimana kerak bumi umumnya mengandung sekitar
0,06% belerang. Sulfida-sulfida logam terdapat dalam bebatuan plutonik, yaitu
batuan yang membeku di dalam kerak bumi dan tidak mencapai ke permukaan bumi.
Bebatuan plutonik ini apabila hancur dan mengalami pelapukan akan membebaskan
sulfida ini melalui reaksi oksidasi dan menghasilkan sulfat (SO4-2)
yang kemudian mengalami presipitasi (pengendapan) dalam bentuk garam-garam
sulfat yang larut atau tidak larut.
Di atmosfer, terdapat hampir 0,05 ppm belerang dalam bentuk gas belerang dioksida (SO2) yang merupakan hasil emisi pembakaran bahan bakar berbelerang seperti minyak bumi dan batubara yang banyak dihasilkan oleh asap kendaraan dan pabrik atau gas belerang dari gunung berapi semisal gunung arjuno di Jawa Timur. Gas SO2 tersebut kemudian terkena uap air hujan sehingga gas tersebut berubah menjadi sulfat yang jatuh di tanah, sungai dan lautan. Dimana tanah yang mengandung banyak belerang adalah tanah-tanah berpasir dan tanah-tanah yang tinggi kandungan oksida Fe dan Al seperti mineral Pirit (FeS) dan rendah kandungan bahan organik. Sedangkan produksi sulfat melalui dekomposisi bahan organik berupa protein dan senyawa organik lainnya yang akan menghasilkan senyawa-senyawa sederhana berupa H2S dan sulfida (S2) yang jika teroksidasi akan menjadi sulfat (SO4-2).
Di atmosfer, terdapat hampir 0,05 ppm belerang dalam bentuk gas belerang dioksida (SO2) yang merupakan hasil emisi pembakaran bahan bakar berbelerang seperti minyak bumi dan batubara yang banyak dihasilkan oleh asap kendaraan dan pabrik atau gas belerang dari gunung berapi semisal gunung arjuno di Jawa Timur. Gas SO2 tersebut kemudian terkena uap air hujan sehingga gas tersebut berubah menjadi sulfat yang jatuh di tanah, sungai dan lautan. Dimana tanah yang mengandung banyak belerang adalah tanah-tanah berpasir dan tanah-tanah yang tinggi kandungan oksida Fe dan Al seperti mineral Pirit (FeS) dan rendah kandungan bahan organik. Sedangkan produksi sulfat melalui dekomposisi bahan organik berupa protein dan senyawa organik lainnya yang akan menghasilkan senyawa-senyawa sederhana berupa H2S dan sulfida (S2) yang jika teroksidasi akan menjadi sulfat (SO4-2).
Tumbuhan kemudian menyerap sulfat (SO4-2)
yang mengendap pada tanah, sungai, dan
lautan. Di dalam tubuh tumbuhan, sulfur digunakan sebagai bahan penyusun
protein. Hewan dan manusia mendapatkan sulfur dengan jalan memakan tumbuhan
yang juga dimanfaatkan sebagai energi cadangan berupa protein. Jika tumbuhan
dan hewan mati, jasad renik (dekomposer) akan menguraikannya menjadi gas berbau
busuk yakni H2S dan sulfida (S2).
Pada aliran energi lebih
ditekankan pada perputaran energi yang terjadi diantara komponen ekosistem.
Siklus energi ini diawali dari energi matahari yang ditangkap oleh produsen,
kemudian terus berputar tiada henti pada konsumen dan semua komponen ekosistem
yang. hal ini karena menurut hukum termodinamika bahwa energi dapat berubah
bentuk, tidak dapat dimusnahkan serta diciptakan. Perubahan bentuk energi ini
dikenal dengan istilah transformasi energi. Aliran energi di alam atau
ekosistem tunduk kepada hukum-hukum termodinamika tersebut. Dengan proses
fotosintesis energi cahaya matahari ditangkap oleh tumbuhan, dan diubah menjadi
energi kimia atau makanan yang disimpan di dalam tubuh tumbuhan. Proses aliran
energi berlangsung dengan adanya proses rantai makanan. Tumbuhan dimakan oleh
herbivora, dengan demikian energi makanan dari tumbuhan mengalir masuk ke tubuh
herbivora. Herbivora dimakan oleh karnivora, sehingga energi makanan dari
herbivora masuk ke tubuh karnivora.
Sulfur
berperan dalam penyimpanan dan pembebasan energi karena sulfur merupakan
komponen penting asam-asam amino esensial penyusun protein tanaman maupun
hewan, seperti methionin, sistein, dan sistin, juga dalam pembentukan
polipeptida. Meskipun sulfur tidak berperan langsung dalam pembentukan energi (ATP)
seperti phospor, namun sulfur berperan dalam sintesis protein. Dimana protein
nantinya akan dirombak menjadi karbonhidrat jika zat makanan penghasil energi utama tidak mencukupi. Itu sebabnya
mengapa protein berperan sebagai penghasil energi. Ketika hewan dan tumbuhan mati, dekomposer seperti
bakteri akan menguraikan tubuh makhluk hidup tersebut menjadi gas H2S.
Beberapa bakteri anaerob melakukan kemosintesis. Dimana kemosintesis merupakan proses
pembentukan senyawa bahan organik dari zat-zat anorganik dengan menggunakan
energi yang berasal dari reaksi-reaksi kimia. Pada kemosintesis elektron donor
berasal dari bahan anorganik sedehana, misalnya hidrogen, nitrgen, besi dan
sulfur. Selama kemosintesis, elektron dilepaskan dari bahan anorganik sehingga
menjadi molekul yang tereduksi. Substansi terduksi ini akan menimbulkan energi
kimia, dan digunakan untuk produksi ATP serta NADPH. Selanjutnya, ATP dan NADPH
menyediakan energi untuk sintesis karbohidrat. Berikut ini contoh kemosintesis
yang dilakukan bakteri belerang (Thiobacillus) untuk memperoleh energi dengan cara
mengoksidasi H2S. Reaksinya sebagai
berikut: 2H2S
+ O2 ==> 2H2O
+ 2S + Energi.
Selanjutnya
energi tersebut digunakan untuk fiksasi CO2 menjadi gula
(karbonhidrat), reaksinya: CO2 + 2 H2S ==> CH2O
+ 2S + H2O
Proses biologi
terjadi ketika pembentukan sulfat melibatkan berbagai jenis mikroorganisme yang
berperan sebagai dekomposer. Berikut adalah bakteri yang berperan dalam pembentukan
sulfat.
- H2S → S → SO4-2; bakteri fotoautotrof tak berwarna, hijau dan ungu.
- SO4-2 → H2S (reduksi sulfat anaerobik); bakteri Desulfovibrio dan Desulfomaculum.
- H2S → SO4-2 (Pengoksidasi sulfide aerobik); bakteri kemolitotrof : bakteri Thiobacilli.
- Senyawa Organik → SO4-2 + H2S, masing-masing mikroorganisme heterotrof aerobik dan anaerobik
Proses kimia terjadi ketika sulfat mengendap
di dalam permukaan tanah hasil dari pengoksidasian mineral sulfida (batuan
plutonik), berikut adalah contoh persamaan reaksi pembentukan sulfat melalui
oksidasi mineral sulfida, misalnya mineral besi sulfida.
2 FeS2
+ 7 O2 + 2 H2O → 2 Fe2+ + 4 SO42−
+ 4 H+
Proses
kimia juga terjadi ketika gas SO2 terbentuk melalui pembakaran hasil
emisi pembakaran gas belerang atau aktivitas gunung berapi. Persamaan
reaksinya:
S (s) + O2
(g) → SO2 (g)
Proses
kimia juga terjadi ketika gas H2S terbentuk melalui aktivitas biologis ketika
bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik),
seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas
yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam. Persamaan reaksinya:
1S -2(s) + 2H+
(g) → H2S (g)
Proses kimia
dan biologi juga terjadi ketika sulfida (S2), belerang dioksida (SO2)
dan (H2S) berubah menjadi SO4 atau sebaliknya dengan
bantuan dari dekomposer. Dimana didalam proses-proses tersebut juga terdapat reaksi-reaksi kimia.
- H2S → S → SO4-2
- SO4-2 → H2S
- H2S → SO4-2
- Senyawa Organik → SO4-2 + H2S
PPT Siklus Sulfur
thanks that you give information,friend :)
BalasHapus