Jumat, 22 April 2011

Pro dan Kontra Pembangunan PLTN di Indonesia

Pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia menimbulkan banyak pro dan kontra. Banyaknya masyarakat Indonesia yang kontra akan nuklir tidak menyusutkan niat pemerintah untuk membangun PLTN. Sekiranya pada tahun 2018-2020 akan dimulai proses pembangunan PLTN. Hal ini terkait dengan banyaknya syarat yang harus dipenuhi dalam pembangunan reaktor. Di antaranya riset tapak reaktor, studi gempa, tsunami, gunung api, dan bencana alam lainnya. Dalam riset juga diperhatikan bagaimana kondisi lalu lintas, mobil pengangkut kereta api, hingga sosialisasi ke warga sekitar. Lalu masalah sumber daya manusia (SDM) yang harus memiliki keahlian dan pengalaman kerja di reaktor nuklir.

Pro atas pembangunan PLTN di Indonesia dipicu oleh kesiapan Indonesia bila dibanding dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Dilihat dari sisi kecukupan bahan baku pun, kandungan uranium di perut bumi Indonesia bisa mencukupi kebutuhan energi listrik puluhan bahkan ratusan tahun. Apalagi kebutuhan akan energi listrik di Indonesia semakin meningkat sedangkan bahan baku seperti batu bara semakin menipis, sehingga hal ini memicu pemerintah untuk mencari pembangkit listrik yang lebih efisien. Pembangkit listrik tenaga nuklir pun dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan pembangkit listrik lainnya karena tidak menimbulkan efek rumah kaca. Banyaknya pakar nuklir di Indonesia juga merupakan bentuk kesiapan dari Indonesia. Untuk ITB saja , sekitar 20 doktor ahli nuklir yang kini bekerja dan studi di PLTN Jepang serta melakukan penelitian di Bandung. Dalam pembangunan PLTN, pemilihan lokasi merupakan hal terpenting. Lokasi yang dipilih adalah lokasi yang Mengenai lokasi ideal, Indonesia memiliki beberapa wilayah biru (bebas bencana gempa). Tempat yang mencuat saat ini untuk dijadikan reaktor nuklir adalah Bangka Belitung dan Kalimantan. Pemerintah setempat pun menyetujui adanya pembangunan PLTN di daerahnya.

Kontra yang ditimbulkan akibat pembangunan PLTN antara lain karena masalah yang akan ditimbulkan akibat nuklir terlalu berbahaya, seperti terjadinya ledakan di kompleks pembangkit tenaga nuklir Fukushima Daiichi, Jepang yang mengakibatkan belasan ribu orang diungsikan hingga radius puluhan kilometer dari pembangkit itu dan tercemarnya laut di Jepang membuat ikan yang ada di Jepang tidak layak dikonsumsi. Jepang yang hingga kini terkenal dengan negara tercanggih di Asia pun tidak dapat mengatasi kebocoran yang terjadi pada reaktor nuklir apalagi Indonesia yang jelas-jelas SDM dan teknologinya kalah jauh dengan Jepang. Diperkirakan butuh satu tahun bagi Jepang untuk mengatasi masalah kebocoran reaktor nuklir, bahkan pihak Jepang sampai meminta bantuan dari Perancis dan Amerika Serikat untuk mengatasi masalah ini. Beberapa keluarga yang suami dan anaknya menjadi Tim Nuklir mengatakan bahwa kemungkinan besar mereka akan sekarat akibat sakit atau kanker akibat terpaan radiasi. Pengaruh radiasi nuklir sekitar puluhan tahun. Lalu kurang ahlinya Indonesia dalam pengolahan atau pengayaan uranium sehingga masih bergantung pada negara lain. Pembangunan nuklir membutuhkan dana yang sangat besar dan waktuyang sangat mahal untuk teknologi yang mahal dan berbahaya.

Pro kontra yang bermunculan adalah suatu kewajaran karena setiap sistem pasti ada resikonya. Terlebih dengan adanya insiden di Jepang, dan sebelumnya di Chernobil, Indonesia bisa belajar untuk tidak menggunakan reaktor yang mereka pakai namun tentu saja memakai reaktor yang lebih canggih. Pro kontra yang dialami sebaiknya dijadikan suatu pembelajaran untuk menemukan solusi yang terbaik. Seperti yang dikatakan BJ. Habibie terhadap pembangunan PLTN, “Urgensi pembangunan PLTN sebenarnya berkaitan dengan aspek ekonomi dan kebutuhan energi sehingga perlu melihat terlebih dulu hasil kajian, tanpa terburu-buru mengatakan pembangunan PLTN adalah hal tabu”. Dua negara yang sangat bergantung dengan tenaga Nuklir seperti Jepang dan Perancis, tidak mungkin menghentikan pemanfaatan energi nuklir, karena hal ini akan mengakibatkan macetnya perindustrian yang ada di dua Negara tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya perlu dikaji apakah Indonesia sekarang benar-benar membutuhkan tenaga Nuklir, dan apakah manfaat yang diberikan dengan resiko yang ditimbulkan sebanding. Apabila masih ada energi yang lebih ramah dan tidak menimbulkan dampak besar, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan energi listrik. Maka pembangunan nuklir pun sebaiknya ditunda, dan yang harus dilakukan adalah mengembangkan energi yang ramah tersebut. Anggap saja PLTN merupakan pilihan terakhir ketika energi yang lain benar-benar tidak dapat digunakan lagi.

Pemanfaatan energi terbarukan dinilai lebih efisien dari energi nuklir, dan diduga sanggup untuk mencukupi kebutuhan energi dunia sampai dengan 2050. Energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber yang tidak akan habis atau akan selalu ada, seperti tenaga matahari, angin, gelombang laut, dan air. Dari seluruh energi terbarukan tersebut, Indonesia memiliki semuanya bahkan Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi panas bumi terbesar di Dunia. Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang membutuhkan pembangkit listrik yang terdesentralisasi mampu menjangkau tiap pelosok dan daerah terpencil, bukan pembangkit listrik berskala besar yang diletakan di pulau Jawa atau Sumatera yang memerlukan ribuan kilometer kabel untuk mendistribusikannya. Sangat mahal dan tidak efisien. Tiga hal yang menjadi hambatan utamanya adalah masih besarnya ketergantungan negara ini pada sumber daya fosil. Kedua, kebijakan harga jual energi, dan ketiga, tidak sinergisnya tiap departemen pemerintah. Namun ketiga hambatan ini dapat diatasi apabila pemerintah mau bekerja sama dengan tim BPPT.

Pembangunan PLTN masih membutuhkan persiapan yang memakan waktu lama. Jadi untuk saat ini perlu diadakan riset dan pembelajaran yang sangat mendalam tanpa terburu-buru membangun PLTN. Yang perlu dilakukan saat ini adalah membentuk tenaga pekerja yang ahli, tidak hanya mengumpulkan pakar saja. Karena dengan memakai tenaga kerja asli dari Indonesia, tentu saja lebih baik daripada memakai pekerja asing. Jadi prinsipnya perlu didirikannya sekolah khusus pembelajaran Nuklir. Lalu perlu adanya riset untuk mencari solusi jika terjadi situasi darurat nuklir saat terjadi bencana seperti gempa bumi. Juga masalah korupsi yang sangat potensial terjadi selama pembangungan pembangkit nuklir pun perlu diselesaikan terlebih dahulu. Kesadaran masyarakat Indonesia merupakan hal terpenting dalam kasus ini. Kita contoh saja negara Jepang yang masyarakatnya memiliki etos kerja, kejujuran, disiplin dan pengabdian yang besar untuk negara. Bisakah kita mencontoh mereka dalam hal ini?


Created by: Siti Aisyah Tong


Sumber:

http://www.tempointeraktif.com/hg/kesra/2011/04/02/brk,20110402-324618,id.html
http://bisnis.vivanews.com/news/read/212110-bagaimana-nasib-pembangkit-nuklir-indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger